Thursday, January 27, 2011

Michael Jackson - One Day In Your Life

0 comments
One day in your life
You'll remember a place
Someone touching your face
You'll come back and you'll look around, you'll

One day in your life
You'll remember the love you found here
You'll remember me, somehow
Though you don't need me now
I will stay in your heart
And when things fall apart
You'll remember one day

One day in your life
When you find that you're always waiting
For a love we used to share
Just call my name, and I'll be there

You'll remember me, somehow
Though you don't need me now
I will stay in your heart
And when things fall apart
You'll remember one day

One day in your life
When you find that you're always lonely
For a love we used to share
Just call my name, and I'll be there

Mocca - I Remember

0 comments
I remember...The way you glanced at me, yes I remember
I remember...When we caught a shooting star, yes I remember
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

Do you remember..?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember..When my father thought you were a burglar
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn
I remember.. The way you read your books,
yes I remember
The way you tied your shoes,
yes I remember
The cake you loved the most,
yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
yes I remember

Sixpence - Kiss Me

0 comments
Kiss me out of the bearded barley.
Nightly, beside the green, green grass.
Swing, swing, swing the spinning step.
You wear those shoes and I will wear that dress.
Oh, kiss me beneath the milky twilight.
Lead me out on the moonlit floor.
Lift your open hand.
Strike up the band and make the fireflies dance.
Silver moon's sparkling.
So kiss me.
Kiss me down by the broken tree house.
Swing me upon its hanging tire.
Bring, bring, bring your flowered hat.
We'll take the trail marked on your father's map.

Efekrumahkaca - Desember

0 comments
Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi.
Di balik awan hitam.
Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini.
Menanti.
Seperti pelangi setia menunggu hujan reda.
Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember.
Di bulan Desember.
Sampai nanti ketika hujan tak lagi.
Meneteskan duka, meneteskan luka.
Sampai hujan memulihkan luka.

Sinden Asal Jepang Hiromi Kano

0 comments





Tidak ada yang mengira seorang wanita yang berkulit putih, bermata sipit, berkebaya dan bersanggul khas Jawa dan memiliki suara yang jernih dan halus khas Jawa itu berkebangsaan Jepang. Namun ketika ia melontarkan kata-kata saat berbicara bukan menunjukkan wanita Jawa pada umumnya. Hiromi Kano, adalah seorang pesinden pementasan wayang kulit yang berasal dari negeri Jepang.

Awalnya, pada 1991, Hiromi adalah seorang mahasiswa Jurusan Musik Barat dan Piano Tokyo Ongaku Daigaku (Universitas Musik Tokyo). Di kampusnya ia juga diajarkan bermain musik gamelan. Ia takjub saat menyaksikan seorang dosennya memainkan musik gamelan. Sejak itu dia mulai mempelajari gamelan. Melihat kesungguhannya, dia diberi beasiswa oleh pemerintah Indoneia untuk belajar gamelan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI, sekarang Institut Seni Indonesia atau ISI) Surakarta. Hiromi yang sudah menyukai musik gamelan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pada 1996 Hiromi berangkat ke Indonesia. Keputusannya berangkat ke Indonesia ternyata mendapat tentangan dari orangtuanya. Walau ditentang keras, Hiromi tak patah arang. Ditetapkan pendiriannya, lalu nekat terbang ke Indonesia, mengejar impiannya menekuni musik gamelan. Sesampai di Indonesia, Hiromi kian tekun mempelajari musik gamelan dan lagu-lagu Jawa.

Tak banyak yang tahu, Hiromi bisa seperti sekarang bukan tanpa perjuangan. Hiromi bisa dikenal orang, bisa tampil sampai ke luar negeri, berkat kegigihannya dan kekuatannya sebagai wanita Jepang. Menjadi sinden awalnnya hanya ikut tampil di kampus kalau ada pergelaran seni. Sepulang dari kampus, dia selalu menghapal lirik-lirik lagu Jawa. Bahkan hamper setiap hari menyanyikan lagu-lagu Jawa. Lalu Hiromi sering diikutkan dalam acara pentas seni di kampus. Dari kampus, Hiromi makin banyak dikenal. Selain dia adalah orang asing, suara dan cengkoknya juga bisa diandalkan. Selain itu, Hiromi bisa bersosialisasi dan bergaul dengan banyak orang. Selain aktif di kesenian kampus, dia ikut bergabung dengan seniman Yogyakarta. Dari sana namanya kian dikenal, sehingga dalam pentas wayang sering diundang tampil. Semakin dikenal banyak orang, Hiromi semakin giat belajar. Apalagi dia sering digaet dalangdalang kondang di Pulau Jawa, salah satunya Ki Suparno Wonokromo yang sering membawanya tampil.

Sempat Hiromi kembali ke Jepang untuk mengadakan pementasan. Ia pun bertemu orangtuanya. Saat melakukan pementasan, orangtuanya pun menonton. Mereka terpana dan takjub melihat Hiromi berbusana Jawa dan membawakan lagu Jawa. Ibunya pun menangis. Walaupun berat meninggalkan orangtuanya, Hiromi tetap kembali ke Indonesia. Dalam ingatannya hanya ada musik gamelan dan lantunan lagu-lagu Jawa yang merdu.

nDalem Pujokusuman : Belajar Tari Jawa Klasik

0 comments



Salah satu tempat terbaik untuk mempelajari atau menonton pementasan tari Jawa Klasik yaitu di nDalem Pujokusuman, Jalan Brigjen Katamso, timur Keraton Yogyakarta. Hingga kini pementasan masih rutin dilaksanakan di bawah pengelolaan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM). Meskipun hanya sedikit atau beberapa penonton yang menyaksikan namun hal ini tetap mempertahankan pementasannya seperti Tari Jawa Klasik, Bedoyo, Serimpi, Wayang Orang dan Sendratari Ramayana disamping karena nDalem Pujokusuman ini sebagai salah satu wadah pelestarian seni tradisional Gaya Yogyakarta.

Tempat ini juga membuka kursus tari Jawa Klasik untuk dewasa dan anak-anak dengan frekuensi latihan dua kali dalam seminggu dengan mendatangkan pelatih dari KONRI dan Asti Yogyakarta. Kendati keadaan Indonesia sekarang masih memprihatinkan namun masih banyak generasi muda bahkan orang asing seperti Jepang, Amerika dan Belanda ingin mempelajari beksa atau tari tradisional klasik di YPBSM nDalem Pujokusuman ini.

Pementasan tarian yang rutin digelar ini diadakan tiap hari Senin dan Jumat jam 20.00 - 22.00 sedang untuk hari Selasa, Rabu, Kamis untuk berlatih para siswa mulai pukul 15.30 - 18.00 WIB dan hari Sabtu, khusus untuk anak-anak dengan gending dolanan meskipun arahannya nanti ke pementasan dan Seni Tari Tradisional. Saat ini, siswa YPBSM lebih dari seratus orang dari berbagai usia, pribumi maupun asing.

Night Market Ngarsopuro

0 comments



Ngarsopuro adalah sebuah kawasan di depan Pura Mangkunegaran Surakarta Hadiningrat (Solo). Terletak di Jalan Diponegoro, Solo. Dahulu di kawasan ini berjajar toko-toko elektronik yang kurang tertata serta terdapat pasar antik Triwindu. Sejak tahun 2009, kawasan ini di sulap menjadi suatu tempat yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi.

Penyiapan fasilitas fisik sebagai upaya menciptakan ‘wajah’ kota Solo sesuai dengan branding sebagai Kota Budaya membuat Solo cukup sibuk berbenah dalam beberapa tahun terakhir ini. Penyediaan sarana aktifitas masyarakat berupa City Walk, penyediaan kawasan jajanan sore di Galabo-Beteng, penataan kawasan Sriwedari dan sekitarnya, penataan kawasan alun-alun Utara dan Selatan, penataan pasar klithikan, kawasan Pasar Gedhe, penataan kawasan Triwindhu menjadi pusat belanja souvenir dan jajanan Ngarsopuro yang berdampak pada tereksposenya wajah keraton Mangkunegaran dan lain-lain merupakan beberapa contoh pengembangan sarana prasarana fisik yang dilakukan pemerintah Solo.

Kawasan Ngarsopuro menjadi salah satu target kawasan yang akan dijadikan sebagai icon Kota Solo. Ngarsopuro merupakan kawasan cagar budaya, hal ini didukung dengan adanya Keraton Mangkunegaran. Namun karena letaknya dekat dengan pusat kota, kawasan ini juga diperuntukkan sebagai district perdagangan.

Setiap malam minggu, Jalan Diponegoro ini difungsikan sebagai night market. Pada saat night market ini dilaunching, keadaan sekitarnya masih sangat biasa hanya trotoar untuk pejalan kaki. Namun seiring berjalannya waktu, kawasan ini diberi beberapa fasilitas untuk mendukung kegiatan night market, yaitu adanya penataan landscape. Area pejalan kaki dikawasan ini menggunakan paving block dengan beberapa pola, disepanjang Jalan Diponegoro terdapat beberapa bangku melingkar yang dibuat dari besi, pada bagian bawah bangku ini diberi lampu sorot dan ditengahnya di tanami pohon yang cukup tinggi. Di kanan kirinya pun diberi lampu jalan dengan gaya etnik yang unik, ada tiang lampu yang disertai ukiran dan ada rumah lampu yang berbentuk seperti sarang burung, pada tembok-tembok di kawasan tersebut dipasang lukisan-lukisan karya pelukis terkenal dengan tema-tema yang nyentrik, untuk menghilangkan kesan monoton lukisan inipun diganti beberapa waktu sekali. Dibeberapa titik juga terdapat pajangan topeng-topeng yang dilengkapi dengan lampu sorot, Patung-patung bertemakan alat musik tradisional pun ikut meramaikan landscape di sepanjang Jalan Diponegoro. Dengan adanya perpaduan antara konsep landscape yang bertemakan jaman dulu dan di tambah dengan cahaya-cahaya redup yang berasal dari lampu-lampu etnik tersebut, pada malam hari kawasan ini terlihat eksotis dan terkesan kaya akan art.

Pada malam hari, khususnya pada saat diselenggarakan night market, kawasan ini sangat ramai. Night market ini sendiri, dibuat untuk menampung pedagang-pedagang kreatif di Kota Solo, bentuknya hanya berupa tenda-tenda yang ditata berhadapan. Produk yang dipasarkan ada berbagai macam, mulai dari makanan, aneka batik, miniature-miniatur unik dan berbagai macam cinderamata.

Lebarnya pedestrian, taman yang tertata rapi dan fasilitas penunjang lainnya yang memadai, membuat kawasan ini menjadi lokasi yang ideal untuk dilakukannya festival-festival seni. Festival Nasi Liwet dan Solo Art Festival adalah contoh festival-festival yang telah memanfaatkan keberadaan kawasan ini.

Tata Ruang Kota Solo Terbaik Kedua se-Indonesia

1 comments

Kota Solo dinyatakan sebagai kota besar terbaik kedua dalam penataan ruang. Dalam Program Penilaian Kinerja Pemerintahan Daerah (PPKPD) yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum, pembangunan di Solo sudah mencapai 80 persen kesesuaiannya dengan konsep penataan ruang yang ideal.

Direktur Penataan Ruang Wilayah II Direkrorat Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum Sri Apriantini Soepardi mengatakan ada sejumlah keunggulan yang dimiliki kota Solo dibandingkan kota lain. "Secara dokumen kelengkapan maupun dari hasil peninjauan fisik kota," katanya saat menyerahkan penghargaan ke Walikota Solo, Selasa (6/11).

Keunggulan kota Solo tersebut adalah keberhasilan memindah pedagang kaki lima dari kawasan hijau dalam relokasi serta penghuni bantaran sungai. Selain itu pembuatan city walk dan penanganan sampah juga sebagai nilai lebih. "Untuk kategori kota besar, Solo hanya kalah dengan Kota Padang," ujarnya.

Apriantini mengatakan dalam PPKPD yang diadakan setiap tahun, beberapa hal yang dinilai tim dari Departemen Pekerjaan Umum adalah pemnafaatan ruang, penataan transportasi, irigasi dan dokumen pendukung seperti perencanaan pembangunan jangka panjang dan rencana tata ruang tata wilayah. "Partisipasi masyarakat serta kesiapan SDM juga dinilai," kata dia.

Jokowi Walikota Paling Berhasil di Indonesia

0 comments

Joko Widodo lahir di Surakarta (Solo) pada 21 Juni 1961. Insinyur yang sebelumnya berprofesi sebagai pedagang mebel ini awalnya banyak yang meragukan kepemimpinannya. Namun setahun setelah dia memimpin, banyak gebrakan progresif yang dilakukannya. Joko banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya sebagai pengusaha mebel.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Dengan menerapkan branding “Solo: The Spirit of Java“, Joko Widodo mampu mendongkrak prestasi Kota Solo. Joko berhasil meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Solo dan menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di Solo.  
Namun langkah yang tergolong fenomenal yang pernah Joko Widodo lakukan adalah dalam hal merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Joko melakukan komunikasi langsung secara rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) kepada masyarakat, khususnya kepada para PKL.
Selama menjadi Walikota, tidak terdengar kasus korupsi yang dia lakukan. Bahkan uniknya Joko Widodo juga tidak “tunduk” kepada pengusaha dalam menjalankan kepemimpinannya. Ketika dia mengeluarkan instruksi kepada rumah sakit di seluruh Kota Solo agar bersedia membantu masyarakat miskin yang sakit dengan tidak memberatkan biaya pengobatan mereka, Joko menekankan, bagi rumah sakit yang tidak bersedia mengikuti instruksi ini akan dicabut IMB-nya. Kebijakan ini bisa dijadikan indikasi bahwa Joko juga menolak kolusi. Paling tidak, demikian yang selama ini dipublikasikan media.
 
Langkah Relokasi Pedagang Kaki Lima               
Nama Joko Widodo menjadi semakin popular setelah dia melakukan relokasi PKL. Berawal pada tahun 2005 ketika Joko Widodo, yang baru dilantik menjadi Walikota Solo, membentuk sebuah tim kecil untuk mensurvey keinginan warga Kota Solo. Dari hasil survey ditemukan bahwa kebanyakan orang Solo ingin pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan taman di pusat kota disingkirkan.
Joko memang sudah mempunyai program untuk menjadikan Solo layaknya Singapura, sebuah kota yang bersinar dengan wisata belanjanya. Karena itu ketertiban, kebersihan dan keindahan kota menjadi kunci utama. Namun hasil survey tersebut membuat Joko menghadapi dilema. Di satu sisi dia merupakan seorang Walikota baru yang tidak ingin memancing konflik dengan para PKL di awal masa kepemimpinannya. Namun di sisi lain dia tidak dapat menutup mata untuk merespons keinginan sebagian masyarakat Solo yang ingin para PKL dipindahkan dari jalan-jalan dan taman.
Joko Widodo kemudian memutuskan bahwa para PKL itu harus direlokasi. Namun dengan cara yang strategik dan hati-hati. Tiga Walikota sebelumnya terbukti tidak mampu melakukan relokasi. Para pedagang kaki lima mengancam akan membakar kantor Walikota jika mereka digusur. Di Solo, ancaman bakar bukan sekedar “gertak sambal”. Sejak dibangun, kantor Walikota Solo sudah dua kali dibakar, yakni pada tahun 1998 dan 1999. Secara kultural, memang masyarakat Solo dikenal sebagai masyarakat yang lembut dan santun. Namun diakui juga bahwa masyarakat Solo sangat reaksioner dan mudah terbakar emosinya.
Sebagai pengusaha mebel selama 18 tahun, Joko memiliki pengalaman dalam melakukan lobby dan negosiasi bisnis yang disebutnya “lobi meja makan”. Strategi ini kemudian dilakukan sebagai bentuk komunikasi politiknya. Targetnya sudah jelas, yakni para PKL di daerah Banjarsari, kawasan elite di Solo. Di sana terdapat 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban. Kemudian Joko Widodo mengundang dan mengajak makan para koordinator paguyuban di Loji Gandrung, rumah dinas Walikota. Namun pada pertemuan pertama ini tidak ada pembicaraan mengenai relokasi. Joko sama sekali tidak menyinggungnya. Dia beranggapan, hal itu belum waktunya disampaikan. Makan bersama seperti itu berlanjut hingga pertemuan yang ke 53, dimana Joko hanya makan bersama dan bersilaturahmi kepada para PKL. Baru pada jamuan ke-54, dimana saat itu semua PKL yang hendak dipindahkan hadir, Joko mengutarakan niatnya untuk merelokasi mereka. Dan memang waktu yang tepat.
Ketika Joko Widodo mengungkapkan hal itu, tidak ada satu pedagang pun yang menolak. Mereka setuju dengan kebijakan yang diambil Joko Widodo, sepanjang mereka mendapatkan tempat yang baru untuk berdagang. Joko berjanji akan memberikan lokasi baru. Dan nantinya, para pedagang hanya akan membayar biaya retribusi sebesar Rp 2.600 perhari di tempat baru yang suasananya lebih bagus dari tempat para PKL berdagang sekarang. Dengan retribusi sebesar itu, modal pemerintah sebesar Rp 9,8 miliar untuk membangun lokasi baru itu diperkirakan dapat kembali pada kurun 9 tahun. Bukan hanya itu, Joko juga akan mempromosikan tempat berdagang baru itu selama empat bulan di media lokal. Joko juga memperluas jalan menuju pasar dan membuat satu trayek angkutan kota baru. Hasilnya, Joko berhasil menata ulang pasar di antaranya Pasar Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading, pusat jajanan malam Langen Bogan, serta pasar malam Ngarsapura.
Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan sepanjang jalan menuju Pasar Klitikan dengan iringan musik “kleningan” khas Solo. Joko juga menghadirkan Prajurit Keraton agar timbul rasa kebanggaan pada diri para PKL. Faktanya, para PKL sangat legowo saat pindah lokasi ke tempat yang baru. Bahkan konsumsi dan perlengkapan arak-arakan mereka biayai sendiri. Ini jarang terjadi di daerah lain yang biasanya relokasi selalu bersinggungan dengan kekerasan. Sebanyak 989 PKL dipindah tanpa gejolak, bahkan secara antusias para PKL itu mendukung program pemerintah dengan suka cita. Ini merupakan sebuah terobosan yang mengagumkan.
Dalam salah satu wawancara dengan media lokal, Joko Widodo menyatakan bahwa para PKL itu bersedia pindah bukan karena mereka sudah diajak makan, namun karena para PKL itu merasa “dimanusiakan” oleh pemimpinnya. Strategi ini jelas unik dan konstruktif.

Wednesday, January 26, 2011

Istana Taman Sari Yogyakarta

0 comments
Pesanggrahan Taman Sari yang kemudian lebih dikenal dengan nama Istana Taman Sari (Water Castle) yang terletak di sebelah barat Keraton Yogyakarta dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I dan diselesaikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II. Meskipun demikian, lokasi Pesanggrahan Taman Sari sebagai suatu tempat pemandian sudah dikenal jauh sebelumnya. Pada masa pemerintahan Panembahan Senapati lokasi Taman Sari yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Umbul (mata air) Pacethokan. Umbul ini dulu terkenal dengan debit airnya yang besar dan jernih. Pacethokan ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi penentuan letak calon Keraton Yogyakarta.
Pesanggrahan Taman Sari dibangun setelah Perjanjian Giyanti (1755), yakni setelah Sultan Hamengku Buwana sekian lama terlibat dalam persengketaan dan peperangan. Bangunan tersebut dimaksudkan sebagai bangunan yang dapat dipergunakan untuk meneteramkan hati, istirahat, dan berekreasi. Meskipun demikian, Taman Sari ini juga dipersiapkan sebagai sarana/benteng untuk menghadapi situasi bahaya. Di samping itu, bangunan ini juga digunakan untuk sarana ibadah. Oleh karenanya Peanggrahan Taman Sari juga dilengkapi dengan mushola, tepatnya di bangunan Sumur Gumuling. Konon secara simbolik taman sari dapat diartikan sebagai alat penghubung yang secara tidak langsung menghubungkan lahir dan batin antara sultan dan rakyatnya. Di sekitar Tamansari ini juga terdapat Kampung Taman yang merupakan sentra kerajianan batik khususnya lukisan batik.
Taman Sari yang merupakan arsitektur bersejarah kota batik ini, memiliki gaya arsitektur jawa tradisional dengan pengaruh kuat dari gaya Portugis. Sementara itu beberapa bagian arsitektur dan relief di dalam komplek Taman Sari merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Hindu, Budha, Islam, Eropa dan Cina. 
Di masa lampau, komplek Taman Sari dihiasi dengan banyak tumbuhan bunga Kenanga, sehingga tempat ini disebut juga sebagai pulau Kenanga. Di atas pulau Kenanga ini terdapat bangunan bertingkat dengan nama Majethi yang kemudian disebut sebagai Cemethi. Sehingga, pulau Kenanga ini dikenal juga sebagai Pulau Cemethi. Dari bangunan inilah, hampir setengah dari kota Yogyakarta bagian selatan dapat terlihat. Tempat ini dahulunya biasa digunakan sebagai tempat untuk bersemedi, mengheningkan cipta, memadukan cita dan karsa dalam rangka memimpin Kasultanan Yogyakarta. Bangunan-bangunan lain yang berada dalam satu komplek Taman Sari diantaranya adalah Umbul Binangun, kolam pemandian Sri Sultan, gapuro-gapuro megah, dan tempat ibadah yang disebut Sumur Gemuling.
Perancang memberikan gaya khas pada Taman Sari sebagai sebuah bangunan istana air yang mempunyai kolam pemandian di dalamnya. Kolam pemandian tersebut diisi dengan air seolah-olah bagaikan laut buatan. Di dalam kolam pemandian Umbul Binangun inilah, para istri Sri Sultan bercengkerama. Sementara itu Sri Sultan berada dalam ruang pada bangunan yang lebih tinggi sambil mengintip dan memilih salah satu istri untuk menemaninya bercengkerama di kolam pemandian yang lebih privat. Pada sisi bangunan tinggi inilah, jendela dibuat kisi-kisi kayu sebagai bidang semi transparan agar Sultan dapat leluasa melihat ke arah kolam pemandian dari dalam ruangan.

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta

0 comments
Bagi masyarakat tempo doeloe, menjadi abdi dalem keraton adalah sebuah impian. Mereka tak mempermasalahkan besarnya imbalan atas tenaga dan keringat yang dikeluarkan, sebaliknya terkadang nyawa lebih dipertaruhkan agar dapat mengabdikan diri kepada raja. Mereka hanya berharap satu hal dari keraton, yaitu keberkahan.
Mereka begitu loyal kepada raja meskipun umur mereka sudah tidak muda lagi bahkan bisa dibilang sudah sangat tua. Mereka mengabdikan sisa hidup dalam pelayanan kepada keluarga Keraton dan juga untuk terus melestarikan kebudayaan jawa yang dicintai. Gaji seorang abdi dalem tidak lebih dari Rp. 6000. Tapi bagi mereka mengabdi pada keraton saja sudah merupakan kehormatan besar bagi mereka .
Sebenarnya banyak sekali orang yang berminat menjadi abdi dalem tapi ditolak. Dalam keraton ini abdi dalemlah yang membutuhkan keraton, bukan sebaliknya.
Kisah ini menginspirasi kita bagaimana mereka yang tidak dibayar saja bisa bekerja sepenuh hati dan jiwa karena loyalitas mereka. Coba saja orang Indonesia seperti mereka. Tidak akan ada korupsi dan Indonesia pasti akan menjadi lebih baik.

Uniquely Loro Blonyo

0 comments
Loro Blonyo dipercaya dapat membawa hoki dan membuat kehidupan rumah tangga kian harmonis. Loro Blonyo merupakan simbolisasi harapan. Menurut catatan sejarah, Loro Blonyo sudah ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Agung di kerajaan Mataram pada 1476. Perwujudan Hinduisme itu kemudian dimodifikasi agar lebih universal, dari Dewi Sri dan Sudono ke patung sepasang pengantin. Mulanya, kepemilikan Loro Blonyo berkaitan erat dengan kultur dan budaya. Hanya kaum priyayi yang memilikinya. Dalam rumah joglo, patung Loro Blonyo diletakkan di sentong atau bagian rumah tengah. Patung Loro Blonyo tidak hanya dimiliki dan disukai masyarakat Jawa. Kecantikan serta keunikan modelnya membuat patung ini lebih dari sekadar mitos. Merasakan sugesti positif dari patung tersebut tidaklah salah. Maka tak ada salahnya mempercantik rumah sembari menebar sugesti positif dari patung Loro Blonyo.

Filosofi Lambang Keraton Yogyakarta

0 comments

Kita semua sering menemui lambang kebesaran Keraton Yogya. Tidak jarang dijumpai beberapa mobil memasang lambang ini, ataupun di kaos-kaos, bendera, sticker, dll. Berbagai pernak-pernik juga sering kita jumpai saat kita mengunjungi Malioboro. Nama lambang yang selalu menghiasi bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta tersebut adalah Praja Cihna. Nama tersebut diambil dari bahasa sansekerta Praja yang berarti Abdi Negara dan Cihna yang berarti Sifat Sejati. Secara harafiah, Praja Cihna bisa diartikan Sifat Sejati Abdi Negara.


Makna Lambang Keraton Yogyakarta :

1. Perbandingan ukuran 18 : 25 , untuk memperingati tahun permulaan perjuangan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta (tahun 1825)

2. Warna Hitam : Simbol Keabadian
* Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran
* Warna Putih : Simbol Kesucian
* Warna Merah : Simbol Keberanian
* Warna Hijau : Simbol Kemakmuran
3. Mangayu Hayuning Bawono : Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat
4. Bintang Emas : Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan usaha dibidang kemakmuran
* Padi dan kapas: Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran pangan dan sandang
5. Perisai : Lambang Pertahanan
6. Tugu : Ciri khas Kota Yogyakarta
7. Dua sayap : Lambang kekuatan yang harus seimbang
8. Gunungan : Lambang kebudayaan
* Beringin Kurung : Lambang Kerakyatan
* Banteng : Lambang semangat keberanian
* Keris : Lambang perjuangan
9. Terdapat dua sengkala
*Gunaning Keris Anggatra Kota Praja : Tahun 1953 merupakan tahun permulaan pemakaian Lambang Kota Yogyakarta
*Warna Hasta Samadyaning Kotapraja : Tahun 1884

FLORA DAN FAUNA IDENTITAS KOTA YOGYAKARTA

Dalam rangka menumbuhkan menjadi kebanggaan dan maskot daerah telah ditetapkan pohon Kelapa Gading (Cocos Nuciferal vv.Gading) dan Burung Tekukur (Streptoplia Chinensis Tigrina) sebagai flora dan fauna identitas Kota Yogyakarta.
Keberadaan pohon Kelapa Gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat Yogyakarta, karena dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional/religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.
Burung tekukur dengan suara merdu dan sosok tubuh yang indah mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar, menjadi kesayangan para pangeran dilingkungan keraton. Dengan mendengar suara burung tekukur diharapkan orang akan terikat kepada Kota Yogyakarta.