Tidak ada yang mengira seorang wanita yang berkulit putih, bermata sipit, berkebaya dan bersanggul khas Jawa dan memiliki suara yang jernih dan halus khas Jawa itu berkebangsaan Jepang. Namun ketika ia melontarkan kata-kata saat berbicara bukan menunjukkan wanita Jawa pada umumnya. Hiromi Kano, adalah seorang pesinden pementasan wayang kulit yang berasal dari negeri Jepang.
Awalnya, pada 1991, Hiromi adalah seorang mahasiswa Jurusan Musik Barat dan Piano Tokyo Ongaku Daigaku (Universitas Musik Tokyo). Di kampusnya ia juga diajarkan bermain musik gamelan. Ia takjub saat menyaksikan seorang dosennya memainkan musik gamelan. Sejak itu dia mulai mempelajari gamelan. Melihat kesungguhannya, dia diberi beasiswa oleh pemerintah Indoneia untuk belajar gamelan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI, sekarang Institut Seni Indonesia atau ISI) Surakarta. Hiromi yang sudah menyukai musik gamelan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pada 1996 Hiromi berangkat ke Indonesia. Keputusannya berangkat ke Indonesia ternyata mendapat tentangan dari orangtuanya. Walau ditentang keras, Hiromi tak patah arang. Ditetapkan pendiriannya, lalu nekat terbang ke Indonesia, mengejar impiannya menekuni musik gamelan. Sesampai di Indonesia, Hiromi kian tekun mempelajari musik gamelan dan lagu-lagu Jawa.
Tak banyak yang tahu, Hiromi bisa seperti sekarang bukan tanpa perjuangan. Hiromi bisa dikenal orang, bisa tampil sampai ke luar negeri, berkat kegigihannya dan kekuatannya sebagai wanita Jepang. Menjadi sinden awalnnya hanya ikut tampil di kampus kalau ada pergelaran seni. Sepulang dari kampus, dia selalu menghapal lirik-lirik lagu Jawa. Bahkan hamper setiap hari menyanyikan lagu-lagu Jawa. Lalu Hiromi sering diikutkan dalam acara pentas seni di kampus. Dari kampus, Hiromi makin banyak dikenal. Selain dia adalah orang asing, suara dan cengkoknya juga bisa diandalkan. Selain itu, Hiromi bisa bersosialisasi dan bergaul dengan banyak orang. Selain aktif di kesenian kampus, dia ikut bergabung dengan seniman Yogyakarta. Dari sana namanya kian dikenal, sehingga dalam pentas wayang sering diundang tampil. Semakin dikenal banyak orang, Hiromi semakin giat belajar. Apalagi dia sering digaet dalangdalang kondang di Pulau Jawa, salah satunya Ki Suparno Wonokromo yang sering membawanya tampil.
Sempat Hiromi kembali ke Jepang untuk mengadakan pementasan. Ia pun bertemu orangtuanya. Saat melakukan pementasan, orangtuanya pun menonton. Mereka terpana dan takjub melihat Hiromi berbusana Jawa dan membawakan lagu Jawa. Ibunya pun menangis. Walaupun berat meninggalkan orangtuanya, Hiromi tetap kembali ke Indonesia. Dalam ingatannya hanya ada musik gamelan dan lantunan lagu-lagu Jawa yang merdu.
0 comments:
Post a Comment